Jumat, 27 Juli 2012

“Just Friend..!”

That’s what she said..

Hahaha.. Hehehe.. Hohoho.. Hihihi.. Huhuhu.. Hikshikshiks..

Nyatanya gue memang gak boleh terlalu ngarep. Harusnya gue sudah bisa melupakan semuanya. Melanjutkan hidup gue seperti biasanya. Bukan terpuruk dalam penantian yang memang gak jelas juntrungannya. Udah 24jam tepatnya 1 hari, sejak dia menolak rasa gue. Gue ditolak seorang gadis manis yang kerapkali bikin gue tersenyum miris. Hihihi..

It’s been a hard day. Gue harus menerima kenyataan ketika perasaan yang gue punya selama ini ternyata hanya bertepuk sebelah tangan. Gue suka, dia tidak. Gue sayang, dia menganggap itu bukan hal yang membuatnya senang.

Cinta memang aneh. Dia punya jalan sendiri untuk mengubah dunia ini. Dengan cara bahagianya, atau bahkan dengan cara nestapanya. Gue mungkin salahsatu yang kurang beruntung ketika berada di jalurnya. Terseok, tertatih, dan akhirnya malah mati. Mati secara perlahan. Mati asa. Bukan secara harfiah. Gue masih pengen hidup. Masih pengen mencari cinta sejati gue. Entah sampai kapan. Tapi sayangnya hati gue masih terpaut ke diri dia. Setidaknya sampai dia memang bener-bener gak bisa menerima gue sebagai orang paling special di hatinya. Yah, mungkin sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang bisa didaulat sebagai soulmatenya. Hahaha..


Untuk bagian “the girl’s type”, gue gak butuh tajirnya. Gue butuh baiknya. Butuh pengertiannya. Butuh yang menerima gue apa adanya, bukan ada apanya. Setia? Udah pasti. Mungkin terlalu muluk buat gue, secara gue cuma cowo biasa yang gak punya kelebihan. Gak ganteng, jauh dari tajir, dan jarang dibilang baik. Wakakakak.. It’s true! Nothing special about me (itu pun kata BIOnya dia di Twitternya. Kekurangan gue mungkin lebih banyak ketimbang kelebihan gue. Nah, mungkin itu juga yang dilihat dia dari sosok gue. Gak yakin dengan gue. Terutama mungkin gak yakin dengan dunia gue. Wajar lah. Kalo mo jujur, dunia gue lebih banyak buruknya ketimbang baiknya. Meskipun semua memang balik ke pribadinya masing-masing. 

Ada rasa putus asa menunggu semuanya. Menunggu kejelasan pengharapan gue. Walau sebenarnya gue dah dapet jawaban jelas dari dia. Gadis itu cuma menganggap gue sebatas teman saja, meski dia ngakuin kalo dia juga sayang dan merasa nyaman dengan kehadiran gue. Damn! Mending dapet nilai 100 pas ujian ketimbang dapet jawaban kaya gitu saat kita menyatakn perasaan kita kepada seorang cewe. Jawaban versi halus yang memang udah kondang banget di kalangan sang penolak cinta.

Gue memang masih menjalin komunikasi sama dia. Tapi gue gak mau berharap lebih lagi. Gue mulai belajar untuk menerima semua keputusan dia dengan lebih bijak. Karena gue sadar, rasa itu gak bisa dipaksakan. Yang menyiksa gue adalah ketika gue didera kangen yang kebangetan sama dia. Jadi pusing sendiri gue. Gak tau harus gimana. Gue gak mau juga selalu ganggu dia dengan kehadiran gue lewat sms atau telepon gak penting. Takut pada akhirnya dia malah jadi gak comfort berteman dengan gue.

Yup! Cuma teman. Mungkin sebatas itu saja gue harus menggantungkan harap gue. Gak kurang dan gak lebih. Setidaknya kalo itu memang bisa bikin dia seneng, gue ikutan seneng juga. Sepertinya sudah saatnya gue harus memupuk rasa yang lain di hati gue. Karena gue gak mau kehilangan dia untuk yang keduakalinya. Gue udah kehilangan Miss. Worm karena kebodohan gue saat itu, dan sekarang gue gak mau kehilangan dia sebagai sahabat gue. Gue berusaha untuk menjaga persahabatan gue dan dia sesuai jalurnya. Gak mau lebih, kalo akhirnya malah bikin sedih hati. Gak mau kurang, karena berada deket dia, atau sekedar denger suaranya selalu bikin hati gue riang. As a friens tentunya.

Gue cuma pengen bikin dia makin seneng dengan keberadaan gue. Gue mau dia selalu nyaman menjadi sahabat gue. Dengan kelebihan dan kekurangan gue. Dan sekaranglah saatnya gue harus menerima kenyataan, ketika sang cinta memilih siapa yang akan terkena panah asmaranya. 

Gue memang sudah ter-delete dari daftar cintanya. Tapi gue masih bersyukur karena gue masih tercatat dalam sejarah persahabatannya. Satu yang pasti gue hanya ingin dia bahagia punya sahabat kaya gue. 
Thanks banget buat pelajaran yang lo udah kasih ke gue, Miss. Tentang persahabatan. Tentang arti sebuah perasaan. Setidaknya itu yang bisa ucapkan kini. 

Gue mungkin memang dikasih waktu buat sendiri dulu sama Yang di Atas. Buat belajar jadi orang yang lebih baik dan berguna dulu buat orang lain. Dan sayangnya mungkin bukan buat dia..

Akhirnya gue makin sadar hakikat sebuah Cinta.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar